Selasa, 14 Juni 2016

KETAHUILAH BAHWA MENJADI SEORANG PEMIMPIN ITU MENJALANKAN AMANAH

Oleh: Rohmat Bahtiar
Manusia adalah pemimpin bagi bawahannya, diri sendiri, istrinya, anaknya, suaminya, dan keluarganya dan semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.
Dalam sebuah hadist dinyatakan bahwa:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما: أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال: ألا كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته فالإمام الاعظم الذي على الناس راع وهو مسؤول عن رعيته والرجل راع على أهل بيته وهو مسؤول عن رعيته والمرأة راعية على أهل بيت زوجها وولده وهي مسؤولة عنهم وعبد الرجل راع على مال سيده وهو مسؤول عنه ألا فكلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Yang artinya:
Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin (pemelihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya tentang rakyat yang dipimmpinnya. Suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawabannya tentang keluarga yang dipimpinnya. Isteri adalah pemelihara rumah suami dan anak-anaknya. Budak adalah pemelihara harta tuannya dan ia bertanggung jawab mengenai hal itu. Maka camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan dituntut (diminta pertanggungjawaban) tentang hal yang dipimpinnya”
Amanah artinya adalah sebuah kepercayaan, dan pemimpin mengemban kepercayaan dari orang-orang yang dipimpinnya dan itu merupakan tanggung jawab dan amanah yang besar yang ia dipegang, betapa tidak karena upaya mewujudkan cita-cita menuju kesejahteraan dan keadilan itu ada pada kebijakannya Nasib bawahan terletak pada kebijaksanaan dan kearifan seorang pemimpin.
Ada kisah tentang Rosulullah SAW, yang pada suatu ketika baginda menjadi imam solat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain.
Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu
langsung bertanya setelah selesai bersembahyang :

"Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?"
"Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar"
"Ya Rasulullah... mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh,
kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan?
Kami yakin engkau sedang sakit..."
desak Umar penuh cemas.

Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya.
Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.

"Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?"

Lalu baginda menjawab dengan lembut,
”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?" "Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak."
Alangkah bahagianya apabila kita mendapatkan pemimpin yang yang seperti Rosulullah,  yah…minimal  seper empatnya saja juga tidak apa-apa. Dan bila “mimpi” itu bisa terwujud maka tidak mungkin ada yang namanya gaji telat dan tidak mungkin ada yang namanya biaya operasional molor!

Semoga sedikit kisah dan keluh kesah ini, mampu membuka hati nurani, Amin! Saya teringat sesuati yang diampaikan di dalam pelatihan Pelatdas (pra tugas)  oleh pemandu dan akhirnya kita sampaikan pula kepada masyarakat bahwa lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan (lunturnya hati nurani manusia) adalah akar dari kemiskinan.

"Apabila Rakyatku Lapar, maka akulah yang lapar paling awal. Dan apabila rakyatku kenyang, maka akulah yang kenyang paling akhir"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar