Selasa, 14 Juni 2016

TEATER FONGOR TINGGAL SEJARAH

SEJARAH DAN MAKNA TEATER FONGOR

Teater Fongor Didirikan oleh beberapa aktivis pemerhati seni pada tahun 1998, dari musyawarah beberapa aktivis tersebut akhirnya tercetuskan pendirian Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Fongor, pada waktu itu masih bernama Komunitas Teatar “Fongor” dan akhirnya pada tahun 2003 Komunitas Teater “Fongor” atas permintaan dan instruksi rektorat di rubah menjadi UKM Teater Fongor.
Fongor berdiri pada 28 Oktober 1998 yang bertepatan pada hari Sumpah Pemuda yang mana pada tahun pertama ini hingga periode tahun 2000 teater Fongor di pimpin oleh kepala suku dari mahasiswa  Fakultas Hukum yang bernama Ircham Choiruddin Abimanyu alias Bimo Peter Anugrah alias Bimbim, yang beranggotakan kurang lebih 15 Orang. Kemudian Pada tahun 1999 teater fongor sempat fakum karena ditinggalkan oleh kepala Suku (Bimbim) sedangkan pada waktu itu warga Teater Fongor masih berstatus mahasiswa baru dan masih awam dengan apa yang dinamakan teater, sehingga aktifitas Teater Fongor nyaris tidak ada sedangkan warga Teater lama yang lain pun tidak berjalan karena kepala suku tidak berada di tempat.
Pada penerimaan mahasiswa baru tahun 2000 Bimbim selaku kepala suku teater fongor yang masih menjabat, tiba tiba muncul kembali di kampus Universitas Islam Kadiri, sehingga eksistensi Teater Fongor mulai diaktifkan kembali dengan pentas perdana pasca fakum pada pentas inagurasi PROBINMABA tahun 2000, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan LA (Latihan Alam) yang  pada awal tahun 2001 di ubah menjadi Latih Diri Menyatu Alam (LDMA).
Ditahun 2000 itu juga, Bimb im yang selaku kepala suku hendak meninggalkan kampus kembali, sehingga tampuk kepemimpinan diserahkan kepada warga baru Teater Fongor yang dilanjutkan pada Musma Teater Fongor yang memilih kepala suku baru yaitu Rohmat Bahtiar (emanuel jabrik)
Musma Teater Fongor pada awal tahun 2001 di ubah menjadi Rembug Warga Teater Fongor.
Pada kepemimpinan emanule jabrik, Teater Fongor mengalami degradasi kegiatan karena pada era tahun 2000 itu juga ditinggalkan oleh Bimibim mantan kepala suku, yang nota bene Bimbim lah satu satunya yang memiliki kemampuan dalam berteater sedangkan kepala suku baru dan warga teater lain masih berstatus mahasiswa baru dan dalam keilmuan berteater masih nol besar, namun perjuangan warga Teater Fongor yang baru tidak seperti pada tahun 1999 yang fakum, akan tetap[I berjuang membangun kembali Fongor yang tinggal puning-puing belaka, dengan belajar ke berbagai tetaer kampus se kediri bahkan se karesidenan kediri, dan mencari literature literature tentang berkesenian lewat teater.
Emanuel Jabrik juga memimpin Teater Fongor selama dua periode yaitu periode tahun 2000-2001 dan periode Tahun 2001-2002, kemudian pada musyawarah Rembug Warga Teater Fongor tahun 2002 terpilih kepala suku baru yaitu Tri andrianto (Trimbil) dan pada tahun 2002 inilah anggota dan eksistensi Teater fongor mulai Meningkat drastis dan mulai tahun 2002 ini Teater Fongor memiliki agenda bulanan sebagai wujud ekspresi hasil latihan yang disebut Pentas Sambut Bulan yang kita sebut pula pentas tanpa modal, hingga pada Awal – awal tahun 2003 Teater Fongor mampu melakukan pentas keliling tiga kota yaitu Kota Kediri yang dipentaskan di Aula Kampus Universitas Islam Kadiri, Kota Surabaya yang dipentaskan di Aula Kampus Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dan Kota Malang yang dipentaskan di Aula Universitas Islam Indonesia Sudan (UIIS) Malang yang sekarang manjadi UIN Malang.
Fongor Sendiri memiliki dua arti, arti satu kata dan arti per hurub dalam tulisan “Fongor”.
Dalam arti satu kata fongor berawal dari sebuah kata di dalam bahasa jawa yaitu “PONGOR” yang artinya memukul, menghancurkan, meremuk dll, memukul disini dimaknai menghancurkan ketidakjujuran, kemunafikan, rasa malu dan berbagai sifat buruk dan rendah manusia harus di hancurkan melalui budaya. Yang kemudian kata “PONGOR” agar terkesan tidak Tabu dan kasar akhirnya di haluskan dengan mengubah hurub “P” dengan hurub “F” dan menjadilah “FONGOR”.
Dalam arti perhurub pada kalimat Fongor adalah sebagai berikut:
F: Fundamental
O: Oriented: yang berarti bahwa fongor memiliki orientasi kedepan dalam menata organisasi dan warganya, yaitu berkesinian yang jujur dan senantiasa mampu melakukan ekspresi baik di panggung hayalan (Pentas) maupun ekspresi di panggung nyata (kehidupan)
N: Netral: yang berarti bahwa teater fongor memiliki posisi yang netral, tidak berpihak kepada parpol, etnis, golongan, agama, ataupun kelompok tertentu.
G: Gentel: disini warga teater fongor harus memiliki sifat bertanggungjawab, atas apa yang seharusnya dilakukan  dan atas apa yang menjadi tanggungjawab mereka!
O: Organisatoris: fongor tidak hanya mengedepankan seni dan berkesenian, akan tetapi organisasi juga diutamankan, dengan berorganisasi tujuan dari anggota fongor dalam mengembangkan seni akan terwujud.
R: Reality: makna dari reality yaitu teater fongor menjunjung tinggi realita, setiap pentas semu (pentas panggung kecil) harus dilandasi minimal 90% adalah realita, selebihnya adalah bumbu pementasan!
Bebagai kegiatan dari tahun ke tahun sejak tahun 1998 teater Fongor lalui, setiap pementasan yang dilakukan di kampus sendiri selalu tidak melupakan untuk mengundang para pelaku seni di tingkat SLTA, namun apalah daya, HABIS MANIS SEPAH DIBUANG, sekarang teater fongor terancam untuk tidak di izinkan berekspresi di dalam kampus UNIVERSITAS ISLAM KADIRI (UNISKA) KEDIRI.
 2011 tidak dapat SK dari kampus dan tahun 2012 ini ada rencana perampingan UKM di kampus UNISKA, kreatifitas mahasiswa bidang olah raga akan disatukan dalam UKM olehraga, kreatifitas mahasiswa di jalur seni akan di jadikan dalam satu UKM Seni, namun anehnya untuk Unit seni teater, bukan fongor yang ada disana namun ada teater baru yang muncul yang menyingkirkan keberadaan Teater “Fongor”


Selamat tinggal Fongor, jasamu sungguh besar untuk kami, sehingga kami mampu mengarungi samudera kehidupan dengan memakai dua topengmu. kau akan selalu dihati kami.

JAS MERAH: Jangan Sekali - kali melupakan sejarah. * Bung Karno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar