SEJARAH DAN MAKNA TEATER FONGOR
Teater Fongor Didirikan oleh beberapa aktivis pemerhati seni pada tahun
1998, dari musyawarah beberapa aktivis tersebut akhirnya tercetuskan pendirian
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Fongor, pada waktu itu masih bernama
Komunitas Teatar “Fongor” dan akhirnya pada tahun 2003 Komunitas Teater
“Fongor” atas permintaan dan instruksi rektorat di rubah menjadi UKM Teater
Fongor.
Fongor berdiri pada 28 Oktober 1998 yang bertepatan pada hari Sumpah
Pemuda yang mana pada tahun pertama ini hingga periode tahun 2000 teater Fongor
di pimpin oleh kepala suku dari mahasiswa
Fakultas Hukum yang bernama Ircham Choiruddin Abimanyu alias Bimo Peter
Anugrah alias Bimbim, yang beranggotakan kurang lebih 15 Orang. Kemudian Pada
tahun 1999 teater fongor sempat fakum karena ditinggalkan oleh kepala Suku
(Bimbim) sedangkan pada waktu itu warga Teater Fongor masih berstatus mahasiswa
baru dan masih awam dengan apa yang dinamakan teater, sehingga aktifitas Teater
Fongor nyaris tidak ada sedangkan warga Teater lama yang lain pun tidak
berjalan karena kepala suku tidak berada di tempat.
Pada penerimaan mahasiswa baru tahun 2000 Bimbim selaku kepala suku
teater fongor yang masih menjabat, tiba tiba muncul kembali di kampus
Universitas Islam Kadiri, sehingga eksistensi Teater Fongor mulai diaktifkan
kembali dengan pentas perdana pasca fakum pada pentas inagurasi PROBINMABA
tahun 2000, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan LA (Latihan Alam) yang pada awal tahun 2001 di ubah menjadi Latih
Diri Menyatu Alam (LDMA).
Ditahun 2000 itu juga, Bimb im yang selaku kepala suku hendak
meninggalkan kampus kembali, sehingga tampuk kepemimpinan diserahkan kepada
warga baru Teater Fongor yang dilanjutkan pada Musma Teater Fongor yang memilih
kepala suku baru yaitu Rohmat Bahtiar (emanuel jabrik)
Musma Teater Fongor pada awal tahun 2001 di
ubah menjadi Rembug Warga Teater Fongor.
Pada kepemimpinan emanule jabrik, Teater Fongor mengalami degradasi
kegiatan karena pada era tahun 2000 itu juga ditinggalkan oleh Bimibim mantan
kepala suku, yang nota bene Bimbim lah satu satunya yang memiliki kemampuan
dalam berteater sedangkan kepala suku baru dan warga teater lain masih
berstatus mahasiswa baru dan dalam keilmuan berteater masih nol besar, namun
perjuangan warga Teater Fongor yang baru tidak seperti pada tahun 1999 yang
fakum, akan tetap[I berjuang membangun kembali Fongor yang tinggal puning-puing
belaka, dengan belajar ke berbagai tetaer kampus se kediri bahkan se
karesidenan kediri, dan mencari literature literature tentang berkesenian lewat
teater.
Emanuel Jabrik juga memimpin Teater Fongor selama dua periode yaitu
periode tahun 2000-2001 dan periode Tahun 2001-2002, kemudian pada musyawarah Rembug
Warga Teater Fongor tahun 2002 terpilih kepala suku baru yaitu Tri andrianto
(Trimbil) dan pada tahun 2002 inilah anggota dan eksistensi Teater fongor mulai
Meningkat drastis dan mulai tahun 2002 ini Teater Fongor memiliki agenda
bulanan sebagai wujud ekspresi hasil latihan yang disebut Pentas Sambut Bulan
yang kita sebut pula pentas tanpa modal, hingga pada Awal – awal tahun 2003
Teater Fongor mampu melakukan pentas keliling tiga kota yaitu Kota Kediri yang
dipentaskan di Aula Kampus Universitas Islam Kadiri, Kota Surabaya yang
dipentaskan di Aula Kampus Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,
dan Kota Malang yang dipentaskan di Aula Universitas Islam Indonesia Sudan
(UIIS) Malang yang sekarang manjadi UIN Malang.
Fongor Sendiri memiliki dua arti, arti satu kata dan arti per hurub dalam
tulisan “Fongor”.
Dalam arti satu kata fongor berawal dari sebuah kata di dalam bahasa jawa
yaitu “PONGOR” yang artinya memukul, menghancurkan, meremuk dll, memukul disini
dimaknai menghancurkan ketidakjujuran, kemunafikan, rasa malu dan berbagai
sifat buruk dan rendah manusia harus di hancurkan melalui budaya. Yang kemudian
kata “PONGOR” agar terkesan tidak Tabu dan kasar akhirnya di haluskan dengan
mengubah hurub “P” dengan hurub “F” dan menjadilah “FONGOR”.
Dalam arti perhurub pada kalimat Fongor adalah sebagai berikut:
F: Fundamental
O: Oriented: yang berarti bahwa fongor
memiliki orientasi kedepan dalam menata organisasi dan warganya, yaitu
berkesinian yang jujur dan senantiasa mampu melakukan ekspresi baik di panggung
hayalan (Pentas) maupun ekspresi di panggung nyata (kehidupan)
N: Netral: yang berarti bahwa teater
fongor memiliki posisi yang netral, tidak berpihak kepada parpol, etnis,
golongan, agama, ataupun kelompok tertentu.
G: Gentel: disini warga teater fongor
harus memiliki sifat bertanggungjawab, atas apa yang seharusnya dilakukan dan atas apa yang menjadi tanggungjawab
mereka!
O: Organisatoris: fongor tidak hanya
mengedepankan seni dan berkesenian, akan tetapi organisasi juga diutamankan,
dengan berorganisasi tujuan dari anggota fongor dalam mengembangkan seni akan
terwujud.
R: Reality: makna dari reality yaitu
teater fongor menjunjung tinggi realita, setiap pentas semu (pentas panggung
kecil) harus dilandasi minimal 90% adalah realita, selebihnya adalah bumbu
pementasan!
Bebagai kegiatan
dari tahun ke tahun sejak tahun 1998 teater Fongor lalui, setiap pementasan
yang dilakukan di kampus sendiri selalu tidak melupakan untuk mengundang para
pelaku seni di tingkat SLTA, namun apalah daya, HABIS MANIS SEPAH DIBUANG,
sekarang teater fongor terancam untuk tidak di izinkan berekspresi di dalam
kampus UNIVERSITAS ISLAM KADIRI (UNISKA) KEDIRI.
2011 tidak dapat SK dari kampus dan tahun 2012
ini ada rencana perampingan UKM di kampus UNISKA, kreatifitas mahasiswa bidang
olah raga akan disatukan dalam UKM olehraga, kreatifitas mahasiswa di jalur
seni akan di jadikan dalam satu UKM Seni, namun anehnya untuk Unit seni teater,
bukan fongor yang ada disana namun ada teater baru yang muncul yang
menyingkirkan keberadaan Teater “Fongor”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar